









Dear Kanjeng Pembaca sekalian,… mungkin kalau kita membandingkan 2 motor dari brand yang berbeda… kadang kita mendapati… satu motor kalah features nya dibandingkan motor lain… namun harga tetap lebih mahal … namun kalau di-katakan overpriced tentu tidak mau …!!! Naaagh … tentu menarik kenapa si pabrikan masih ngotot membanderol lebih tinggi …???
Naaagh… sebagaimana pembahasan terdahulu… terlihat bahwa bahwa harga jual ada = harga pokok penjualan + margin keuntungan + pajak …!!! So… mari kita analisa… jika faktor pajak mengurangi harga jual… tetap saza yang harga nya lebih mahal… tetap penjumlahan harga pokok penjualan + margin keuntungan masih lebih tinggi price nya …!!! Apa penyebab nya kira-kira …???
So… bisa saza jika harga pokok penjualan sama pun… margin keuntungan lebih tinggi …!!! Jika persentase margin keuntungan sama pun.. maka harga pokok penjualan juga sudah tinggi …!!! So… bisa-bisa faktor fixed cost memang dari sono nya sudah tinggi… ataupun variable cost nya yang tinggi karena faktor tidak efisien nya dalam produksi …!!!
Bisa juga dari sisi Break Event Pointnya (BEP) nya yang diset ingin cepat balik modal secara waktu… sehingga akhirnya pembebanan cost per unitnya yang membengkak …!!! So… memang ujung-ujungnya konsumen yang harus menanggung terhadap biaya tersebut… dengan diwujudkannya dalam bentuk pembelian product motor …!!! So… kok konsumen mau menanggung suatu ‘cost’ yang bukan disebabkan oleh kesalahannya …???
Yup… konsumen khan manusia juga… bukan robot yang diprogram… sepanjang bisa diyakinkan… konsumen bisa saza tidak rasional alias subyektif …!!! Naaagh untuk hal ini… maka perlu ada ‘pembisik’ yang bisa menyakinkan konsumen … yang bisa mempengaruhi konsumen … supaya mau beli dan menanggung ‘cost’ tersebut …!!! Lhooo … khan ada biaya nya … dalam bentuk amplop sebagai biaya marketing kepada ‘pembisik’ …??? Yup… dan ujung-ujungnya juga akan dibebankan dalam ‘overhead’ … atau masuk dalam komponen fixed cost …!!!
Berikutnya bagaimana jika tanpa biaya marketing pun… harga nya sudah tinggi …??? Lhaaa kembali konsumen yang akan menanggung getahnya… dan berikutnya ditambah dengan biaya marketing …!!! So… konsumen akan terkena double impact … !!! Belum lageee ditambah biaya para ‘buzzer’ … so makin komplit laaagh ‘derita’ yang akan ditanggung konsumen… jika gak ‘kurang’ smart dalam mengkonsumsi …!!! Last,… kira-kira apa yang harus dilakukan konsumen … agar konsumen tidak menjadi ‘korban’ dan bisa terjadi persaingan sehat … nantikan pembahasan berikutnya …!!! Ciaooo
Konsumen yg mau beli dg harga lebih tinggi, ini juga ada unsur “trust” atau kepercayaan atas produk (dan produsen), juga image yg terbentuk dari proses perjalanan bisnis sekian lama.
Dia tahu ada produk dg fitur lebih banyak/baik dg harga relatif sama, tapi dia tetap putuskan beli produk dg fitur yg lebih sedikit.
Keputusan ada ditangan konsumen, setelah mempertimbangkan banyak hal termasuk unsur yg gak bisa diukur dg uang spt: “trust”, image produsen, dan lain2
overprice didukung juga oleh situasi market yang duopoly cenderung monopoly, dan praktek Kartel… gimana tu gus
contoh nyata di tahun 2007, Honda enak2 jualan Megapro Primus dengan mesin kuno dan fitur alakadarnya, di harga Rp18.900.000, tau2 Yamaha dengan Vixion nya muncul dengan mesin canggih dan fitur modern, di harga Rp18.550.000, dan dengan itu, ketauan deh OVERPRICE nya Megapro, dan habislah sudah kejayaannya segera setelah itu
ini fakta, karena gue termasuk pemilik awal (urutan ke 4) Yamaha Vixion di Jogja waktu itu, masih inget bener harga motor2 itu
kalo keluarga saya cenderung lebih prefer ke yamaha (fansboy kali ya. hha),
pernah mpok saya beli skutik merk sebelah tapi ga memuaskan. ada pengalaman yang bikin kesal…. jadinya sampe sekarang kalo beli motor yamaha aja. best value for money. quality juga ok, sejauh ini ga mengecewakan. kekurangan tentu ada, tapi motornya yamaha bisa diandalkan….